top of page
  • Pheseline Felim

Kenapa beasiswa AAS?


Disclaimer:

Untuk yang belum tahu apa itu Australia Awards di Indonesia (AAI), bisa cek website nya langsung ya. Aku cuma bahas sedikit-sedikit mengenai pendaftaran AAS.

So... artikel ini sebenarnya lanjutan dari ceritaku sebelumnya tentang bagaimana aku bisa dapat beasiswa AAS dan proses seleksinya (yang belum baca, monggo klik di sini). Kali ini aku mau cerita tahap selanjutnya setelah aku dinyatakan lolos seleksi dan akan berangkat ke Australia tahun 2020. Terakhir, aku akan share opiniku kenapa aku merasa AAS itu worth it banget buat didapatkan.

Let's Start!

Setelah kita dinyatakan berhasil mendapatkan beasiswa AAS, di email yang sama, kita juga dapat info jadwal Pre-Departure Training (PDT) yang wajib kita ikuti sebelum berangkat ke Australia. Kelas PDT dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan nilai IELTS yang kita ikuti di tahap kedua seleksi. Di Jakarta, penerima beasiswa dibagi menjadi 4 kategori kelas: 5 Weeks (overall band score di atas 7.0), 7 Weeks (overall band score 6.5 sampai 7.0 dengan masing-masing band score minimal 6.0), 9 Weeks (overall band score 6.5 sampai 7.0 tapi ada band score yang dibawah 6.0), dan 4,5 months (overall band score di bawah 6.5). Semua kelas diadakalan di IALF Kuningan, Jakarta. Aku masuk di kelas 9 Weeks dari tanggal 5 September sampai 8 November 2019, dan harus mengikuti IELTS test lagi untuk memenuhi standar nilai yang diharuskan dari Australia Awards.

Selama kelas PDT aku benar-benar mengasah kemampuan bahasa Inggris dan pengetahuan sistem pendidikan di Australia. Selain itu, ada kelas literasi IT, misalnya materi tentang bagaimana mengoptimalkan fitur Ms. Word saat mengerjakan tugas akademik. Tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mulai dari tugas Bahasa Inggris biasa seperti jaman sekolah, academic reading circle, menulis esai 500 dan 1.000 kata, academic poster presentation. Melalui tugas-tugas itu, kita benar-benar diajarkan untuk bisa menguasai kemampuan critical thinking dan independent learning yang merupakan ciri khas pembelajaran di Australia. Yang gak kalah penting dan berguna adalah Cross Cultural class. Kita benar-benar tahu bagaimana kehidupan di Australia, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Australia, cara mengatasi homesick, sampai informasi imigrasi di Australia.

Selain kelas-kelas tersebut, kita juga diberikan beberapa sesi training tambahan, antara lain:

1. Course Information Day

Di minggu pertama PDT, kita diberi kesempatan untuk mengunjungi booth universitas-universitas Australia dan menanyakan segala hal seputar jurusan dan fasilitas kampus ke representatif universitas tersebut. Tim AAI juga menyiapkan sesi konsultasi one-on-one dengan seorang Profesor dari Australia supaya kita tidak salah pilih universitas yang sesuai dengan minat jurusan kita.

Setelah melakukan konsultasi, akhirnya aku memantapkan hati untuk memilih Monash University dan jurusan Strategic Communications Management. Jurusan ini masih sangat baru sehingga belum ada alumninya. Tapi menurut Profesor, Monash University punya reputasi yang bagus untuk jurusan Ilmu Komunikasi, dan mata kuliah yang ditawarkan juga sesuai dengan rencana jangka panjangku. Dari studi ini aku akan belajar strategi komunikasi dan bisnis. Jadi aku memantapkan hatiku di Monash University.

2. Placement and Mobilisation Briefing

Dari sesi ini, kita dapat informasi terkait proses aplikasi universitas, visa, penerbangan, dan pelayanan akomodasi sementara.

3. Health Assessment Portal (HAP Training)

Tim AAI memberikan informasi tentang syarat penilaian kesehatan, pembuatan akun IMMI, serta jadwal yang sepenuhnya dibiayai oleh AAI.

4. Pre-Departure Briefing

Sesi khusus untuk memberikan informasi tentang persiapan keberangkatan ke Australia dan mengurus dokumen-dokumen sebelum keberangkatan dan setelah kembali ke Indonesia. Sesi ini sangat berguna bagi PNS karena ada sesi detail mengenai proses pengurusan paspor biru dan surat dinas. Semua materi yang diberikan sangat bermanfaat.

Aku sempat tertekan selama PDT karena aku harus membagi fokus dengan pekerjaanku di kantor. Pagi sampai siang aku masuk kelas PDT, siang sampai malam aku bekerja di kantor. Di saat yang lain sudah resign atau cuti dari kantor untuk fokus mengikuti kelas PDT, aku masih harus bekerja karena masih ada tiga project yang harus diselesaikan sehingga belum diperbolehkan resign. Dua project yang sedang aku kerjakan di kantor benar-benar bersamaan dengan durasi PDT. Alhasil, aku sering pulang jam 9 malam dari kantor. Pulang dari kantor aku masih harus mengerjakan tugas-tugas PDT, dan pagi-pagi aku harus bangun lagi untuk masuk kelas jam 7. Belum lagi ngadepin drama kantor ya lumayan bikin keki waktu itu. Sempat suatu saat aku benar-benar ingin menyerah, aku mau melepas pekerjaan kantorku. Tapi aku sadar dan termotivasi lagi. Aku langsung berpikir positif,

“Kalau segini aja menyerah, bagaimana nanti pas kuliah di Oz?”

“Sabar sabar. Sedikit lagi. Toh aku jadi punya 2 sumber pemasukkan. Gaji kantor dan uang saku dari AAI.” (Betul! Selama PDT kita dikasih uang saku oleh AAI yang lumayan banget nominalnya, setidaknya untuk aku yang memang tinggal di Jakarta)

“Tenang, Phe. Tuhan gak akan kasih ujian yang gak bisa kamu selesaikan. Karena Tuhan tahu kamu bisa, maka kamu di kasih pengalaman ini.”

Akhirnya aku bisa melewati 9 minggu dengan sangat baik. Project kantor berjalan dengan lancar dan sukses, aku terpilih jadi the best speaker dari dua kelas 9 weeks untuk tugas poster presentation, dan nilai IELTSku memenuhi score minimal. Bersyukur banget bisa melewati semuanya, walaupun berat badan turun sampai 3 kilo hehehehe

Aku bersyukur banget bisa dapat beasiswa AAS karena kita gak cuma dikasih biaya selama studi, tapi juga pembekalan sebelum keberangkatan dan program-program alumni setelah kita kembali ke Indonesia. Kita benar-benar disiapkan untuk bisa menjadi pemimpin masa depan yang akan berkontribusi untuk perkembangan Indonesia. Aku jabarin alsannya lebih detail:

1. Uang Saku

Menurutku, uang saku yang diberikan oleh Australia Awards sangat generous. Kita dikasih uang saku dari saat kita ikut PDT sebesar 3 juta per bulan. Ini lumayan banget. Untuk perantau, setidaknya bisa dipakai untuk cover biaya tempat tinggal di daerah Kuningan yang harganya dikisaran 2 - 2,5 juta per bulan. Walaupun PDT berakhir di bulan November, uang saku tetap masuk sampai bulan Desember.

Pas tiba di Australia, kita akan dapat Establishment Allowance senilai A$5,000 yang langsung masuk ke rekening kita setelah kita buka tabungan di bank. Setelah itu, kita akan dapat uang saku sebesar A$82.2 per hari yang akan ditransfer ke rekening kita setiap 2 minggu (fortnightly). Setelah hampir 2 bulan tinggal di Melbourne, uang saku itu lebih dari cukup untuk biaya hidup kita. Kalau kita bisa pintar mengatur budget dan gak beli makan di luar setiap hari, aku yakin banget kita bisa punya sisa uang untuk ditabung.

2. LoA dan Pendaftaran ke Universitas

Walaupun kita masih bingung mau kuliah di universitas dan jurusan apa di Australia, kita gak perlu khawatir sama sekali. Yang penting kita tahu apa yang menjadi minat kita supaya karier kita sukses dan mampu memberikan kontribusi untuk Indonesia. Selama PDT, kita dibimbing bagaimana memilih universitas dan jurusan terbaik yang sesuai dengan tujuan jangka panjang kita. Nantinya, tim AAI yang akan mendaftarkan diri kita ke universitas pilihan kita melalui OASIS. Beberapa orang yang sudah mendapatkan LoA diminta untuk memberikan konfirmasi ke universitas tersebut bahwa dirinya akan "mendaftar ulang" melalui "jalur" Australia Awards. Itu sebabnya, kalau mau daftar beasiswa AAS, gak perlu takut kalau belum punya LoA.

3. Pelatihan Sebelum Keberangkatan

Seperti yang aku udah share pengalamanku mengikuti PDT, banyak banget pembelajaran dan pengetahuan yang aku dapat. Gak cuma itu, semua pengurusan visa dilakukan oleh tim AAI. Kita cuma perlu memberikan dokumen-dokumen yang diminta untuk verifikasi, melakukan medical check up (yang biayanya ditanggung AAI, kita tinggal datang ke salah satu RS yang ditawarkan). Aku tahu beberapa institusi pemberi beasiswa lain hanya memberikan PDT yang durasinya hanya hitungan hari, atau bahkan cuma 1 hari briefing. Pengurusan visa pun dilakukan oleh penerima beasiswa sendiri.

4. Guidance Living Experience in Australia & Skema Beasiswa

Melalui PDT, kita dikasih gambaran jelas bagaimana hidup di Australia. Mulai dari cara bersikap di Australia, kebiasaan-kebiasaan orang Australia yang berbeda dengan orang Indonesia, serta sistem pendidikan, transportasi, dan kesehatan di Australia. Dari sini, setidaknya kita kurang lebih tahu gambaran hidup di Australia dan apa-apa saja yang harus disiapkan atau dibawa ke Australia.

Selain itu, tim AAI secara rutin menyediakan jadwal konsultasi bagi scholars yang mau bertanya lebih lanjut tentang urusan membawa keluarga ke Australia, mengubah universitas dan/atau jurusan, atau informasi lain tentang AAS yang kita masih kurang yakin. Aku sangat salut dengan tim AAI karena mereka sangat sabar dan ramah melayani 200an scholars yang pasti punya masalah berbeda-beda.

Tim Australia Awards memberikan buku panduan "On track for Asutralia pre-departure guidebook" yang berisi semua informasi yang perlu kita ketahui tentang Australia sebelum kita berangkat. Aku tahu banyak informasi dari buku dengan 44 halaman itu. Yang malas baca, gak perlu khawatir, karena ada versi videonya dalam bentuk CD.

5. Introductory Academic Program (IAP) di Universitas

Selain ikut PDT di Indonesia, kita wajib ikut IAP dari universitas yang biayanya sudah dibayarkan oleh Australia Awards. Sesuai dengan nama programnya, program ini disiapkan sedemikian rupa untuk mengenalkan sistem edukasi dan pembelajaran di universitas tersebut. Program yang berlangsung selama sebulan ini membantu kita untuk mengenal kampus kita dan bagaimana perkuliahan akan berlangsung. Menurutku program ini bermanfaat banget karena kita jadi bisa tahu banyak informasi tentang kampus lebih dulu dari mashasiswa/i lain. Kemampuan Bahasa Inggris kita juga diasah melalui tugas-tugas yang diberikan, plus, ini kesempatan kita untuk bertemu mahasiswa/i internasional lainnya. Setiap universitas punya kurikulum IAP yang berbeda-beda. Tugas-tugas yang diberikan bisa berbeda dari satu kampus dengan kampus lainnya. Murid-murid yang mengikuti kelas tersebut juga berbeda-beda kategorinya. Di Monash University, kelas IAP diikuti oleh murid-murid dari AAS dan non-AAS. Sedangkan di universitas lain, kelas IAP hanya diikuti oleh murid-murid dari AAS.

6. Scholar Engagement Workshops/Seminars Selama di Australia

Ini dia salah satu privilege jadi Australia Awards Scholar. Kita dapat enrichment program dalam bentuk workshop atau seminar yang sudah disipakan oleh tim In-Australia Scholar Engagement Program. Workshop pertama yang aku ikuti yaitu Professional Linkages di mana kita diajarkan bagaimana membangun networking dan membuat elevator pitch. Kedepannya, akan ada berbagai seminar untuk belajar tentang kehidupan di Victoria dan pengembangan diri.

7. Supplementary Academic Support

Australia Awards juga mendorong kita untuk berpartisipasi di kegiatan akademik seperti program tutoring, conference, academic training/workshops atau kegiatan lainnya yang dapat mendukung proses belajar kita. Oleh sebab itu, Australia Awards memberikan dana tambahan sebesar A$500 setiap 6 bulan dalam masa studi bagi scholars yang mau mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Tapi dananya hanya bisa dipakai untuk biaya partisipasi atau pendaftaran; tidak bisa dipakai untuk biaya perjalanan (seperti tiket pesawat). Jadi, lebih baik cari program yang diselenggarakan di Australia. Oh ya, dana ini bisa dipakai buat biaya edit skripsi, printing, dan penjilidan.

Masih banyak keuntungan atau privilege lain sebagai Australia Awards scholars, misalnya bagi scholars yang membawa keluarga ke Australia. Biaya pendidikan anak akan mendapatkan keringanan jika kita Australia Awards scholars. Semua scholarship entitlements bisa dicek di policy handbook ya. Aku cuma menyebutkan 7 poin di atas karena poin itu yang aku rasakan manfaatnya langsung.

Makin tertarik buat daftar AAS? Yuk buruan, pendaftarannya lagi dibuka sampai 30 April 2019.

Good luck!

 

Kalian pengen aku cerita apa lagi?

Comment yuk!

1,867 views2 comments

Recent Posts

See All
bottom of page