top of page
  • Pheseline Felim

Dari PD sampai Hopeless- Menjawab Pertanyaan Joint Selection Team Interview AAS 2019


Disclaimer:

Untuk yang belum tahu apa itu Australia Awards di Indonesia (AAI), bisa cek website nya langsung ya. Di artikel sebelumnya aku ada bahas perjuanganku mendapatkan beasiswa AAS dan kenapa aku memilih AAS.

Di artiket pertama, aku menyebutkan pertanyaan-pertanyaan yang aku dapat di tahap kedua proses seleksi AAS, yaitu Joint Selection Interview (JST). Di artikel ini, aku akan kasih tahu bagaimana aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Let's Start!

1. Kenapa pilih jurusan Ilmu Komunikasi lagi?

Pertanyaan ini adalah salah satu yang sudah aku siapkan jawabannya saat persiapan. Di bagian ini aku benar-benar mengaplikasikan apa yang dipesankan oleh seniorku: jawab sejujur mungkin walaupun kesannya sederhana banget. Jadi...

Aku agak keki sama orang-orang yang menganggap kalau anak-anak komunikasi itu selalu paling santai, gak ada kerjaannya, tugasnya gak pakai mikir. Dengan kata lain, orang-orang masih menganggap remeh bidang komunikasi, dalam kasusku Public Relations (PR). Inilah salah satu alasanku kenapa aku memilih jurusan Ilmu Komunikasi lagi. Aku ingin membuktikan persepsi orang-orang tersebut itu salah. PR lebih dari sekedar ngomong atau bikin event, tapi praktisi PR perlu memikirkan strategi komunikasi supaya tujuan dan objektif suatu organisasi bisa tersampaikan ke pemangku kepentingan (stakeholders) dan/atau publik melalui hubungan yang dibangun dan dijaga. Kerjaan itu tentunya gak mudah - perlu banyak belajar. Melalui S2 inilah aku berharap aku bisa menjadi PR professional yang bisa menghasilkan karya sebagai bukti kalau PR itu penting dan berperan besar di setiap organisasi. Alasan kedua yang aku sebutkan adalah karena aku passion di bidang Ilmu Komunikasi; aku senang bertemu orang baru dan mengikuti dinamika sosial di dunia PR. Alasan ketiga, aku ingin mendirikan perusahaan yang bergerak sebagai konsultan komunikasi atau event management.

2. Setelah dapat gelar S2, apa yang mau kamu lakukan?

Ini juga pertanyaan yang sudah ada di list kemungkinan pertanyaan yang akan keluar. Jadi aku langsung menjawab dengan yakin. Setelah menyelasikan studi, aku akan mencari pengalaman kerja di bidang PR dengan posisi yang lebih baik/tinggi dari yang sekarang untuk memperluas koneksi dan pengalaman di lapangan. Di saat yang sama, aku membangun bisnisku di bidang event management bersama beberapa temanku. Harapannya, aku bisa mengembangkan usaha ini menjadi konsultan komunikasi & manajemen acara di mana aku bisa menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia yang punya passion yang sama. Selain itu, aku juga berharap bisa memberikan kontribusi untuk alamamaterku di Indonesia, President University. Entah itu sebagai dosen tamu atau kegiatan akademik lainnya.

3. Kalau kamu mau punya perusahaan yang bergerak di bidang communications dan/atau event management, kenapa kamu malah ambil jurusan ilmu komunikasi? Kenapa gak ambil jurusan yang spesifik?

Di sini aku agak bingung menjawab pertanyaan tersebut. Aku mencoba menjelaskan lagi kenapa aku mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Tapi sepertinya mereka belum puas dengan jawabanku, jadinya mereka mengganti pertanyaannya dengan pertanyaan nomor 4.

4. Menurutmu, untuk mendirikan sebuah perusahaan, bagian atau divisi apa saja yang krusial ada di dalamnya?

Dari sini aku baru mengerti maksudnya apa. Mereka mau tahu kenapa aku malah ambil jurusan Ilmu Komunikasi lagi bukan jurusan yang lebih spesifik seperti project management, finance, atau business, padahal aku mau jadi entrepreneur.

Aku menyebutkan role-role utama yang perlu ada di sebuah perusahaan: Finance, HR, PR, Legal, Marketing, Corporate Secretary, dsb. (aku agak lupa berapa banyak divisi yang aku sebutkan haha). Setelah itu, aku menjelaskan bahwa aku tidak mengambil jurusan yang fokus di role itu karena untuk menjadi communications atau event consultant, aku perlu menguasai strategi komunikasi secara menyeluruh. Nantinya aku akan mengambil mata kuliah pilihan yang berkaitan dengan bisnis dan manajemen. Dan aku yakin aku bisa bertemu dengan orang-orang yang mempunyai keahlian di divisi spesifik tersebut untuk sama-sama mengembangkan usahaku ini.

5. Kontribusi apa yang mau kamu berikan untuk perkembangan Indonesia?

Satu lagi pertanyaan yang sudah aku duga akan ditanyakan.

Aku menyebutkan lagi bahwa aku ingin menjadi communications consultant di perusahaan yang akan aku bangun dan kembangkan. Oleh sebab itu, kontribusi jangka panjang yang akan aku lakukan adalah membuka lapangan kerja dengan harapan bisa memberikan kontribusi positif untuk mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia. Amin..

6. Siapa praktisi Ilmu Komunikasi yang kamu idolakan? Kenapa?

Jeng jeng jeng jeng.....

Langsung berpikir keras pas dapat pertanyaan ini. Benar-benar gak punya ide siapa praktisi PR yang aku idolakan, adanya oppa korea~ hahaha

Aku minta waktu berpikir. Akhirnya terlintas satu figur di kepalaku, Bapak Sutopo Purwo Nugroho. Tapi saat itu aku benar-benar blank siapa nama bapak Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat yang lagi jadi trending topic saat itu. Parah banget!

Alhasil, aku cuma menyebutkan bahwa aku mengidolakan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Republik Indonesia. Menurutku, Almarhum adalah sosok praktisi PR yang patut diteladani; beliau mengkomunikasikan semua informasi tentang bencana alam gempa dan tsunami di Palu-Donggala dengan akurat, cepat, dan terstruktur. Ditengah perjuangannya melawan penyakit kanker paru-paru, Almarhum memikirkan strategi komunikasi yang tepat supaya seluruh masyarakat (baik itu keluarga korban, media, pemerintah, dan masyarakat umum) mendapatkan informasi dengan cepat. Almarhum meninggalkan nama baik - beliau merupakan idola para jurnalis dan (mungkin) masyarakat. Ia adalah salah satu narasumber terbaik yang dimiliki Negeri ini.

Selesai menjawab, aku degdeg-an parah karena takut ditanya siapa nama figur yang aku jelaskan. Tapi untungnya nggak, yay! Tapi yang kedua, aku dapat pertanyaan yang lebih sulit lagi setelahnya. Pertanyaan sulit dan terakhir itu adalah case study.

7. Kalau begitu, apa strategi yang akan kamu lakukan jika kamu ditunjuk sebagai humas becana alam di Indonesia?

Aku minta waktu berpikir lagi, kurang/lebih 30 detik...

Bencana alam adalah isu sensitif di mana, kita, sebagai humas perlu peka bahwa dari bencana ini adalah penderitaan dan luka untuk keluarga yang ditinggalkan, negara, dan (mungkin) masyarakat luas. Jadi, untuk menyampaikan informasi tentang bencana atau update terkini, aku perlu hati-hati (terbuka dan terstruktur). Aku harus tahu atau mengidentifikasi cara yang tepat untuk menyampaikan update kepada setiap kategori publik yang dituju. Contohnya, jika aku menerima update dari tim pencarian dan penyelamatan, aku tidak bisa serta merta menyampaikan informasi tersebut dengan cara yang sama. Publik pertama yang harus tahu update ini adalah keluarga korban. Cara penyampaian informasi kepada keluarga juga harus bersifat simpatik dan memberikan penguatan kepada keluarga korban (sebaiknya turun lapangan). Setelah itu, aku harus menyampaikan update untuk pemerintah dan media. Informasi yang disampaikan harus seakurat dan sejelas mungkin supaya tidak ada simpang-siur atau berita miring seputar bencana tersebut. Intinya, humas adalah informan publik yang harus terbuka untuk memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat secara akurat dan cepat.

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang aku dapat pas JST Interview. Jawaban yang aku tulis di artikel ini pastinya lebih terstruktur dari kenyataannya saat itu. Menurutku, aku agak berputar-putar menjawab pertanyaannya sampai aku hopeless pas keluar ruangan interview.

Well.. semoga artikel ini membantu kalian yang mau atau sedang daftar AAS ya. Good luck!

 

Kalian pengen aku cerita apa lagi?

Comment yuk!

169 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page